Seorang murid bertanya ; apakah seorang mukmin hidupnya tidak boleh dilanda sedih sama sekali?
Jawapan...
Sedih dan gembira itu bagai malam dan siang.
Apakah ada sesorang di muka bumi ini yang dapat keluar dari putaran siang dan malam?
Hanyasanya ...
bagi seorang wali Allah, fokus perhatiannya bukan pada malam dan siang itu tapi pada Allah sang penciptanya .
Laksana bekas, ia mengeluarkan apa yang menjadi isinya.Jika isinya anggur akan keluar anggur, jika isinya racun akan keluar racun.
Dalam pandangan seorang wali, Allah adalah Pemilik kebaikan mutlaq,
Maka tidaklah sesuatu datang/keluar dari yang Maha baik kecuali kebaikan pula.
Jadi siang malam atau sedih dan gembira itu hanyalah kulit semata, tiada yang menjadi isinya selain kebaikan.
Lebih dari itu....
Bagi Sang arif(wali Allah) ; malam dan siang , sedih dan gembira yg datang silih berganti adalah tampilan dari wajahNya yang Maha sempurna.
Melalui malam atau kesedihan Dia tampilkan wajah Jalal( keagungan)Nya.
Melui siang atau kegembiraan Dia tampilkan wajah Jamal(kecantikan)Nya.
Dan sifat Jalal dan jamal itu hanyalah ekspresi manifestasi ( mazhar) dari sifat KESEMPURNAAN KEINDAHAN Nya yang tiada batas( kamal) yang selalu di rindukan oleh sang Arif setiap waktu dan keadaan.
Jadi sesungguhnya ;
apakah seorang mukmin yang hakiki itu kedatangan malam atau siang, musibah atau nikmat, kesedihan atau kegembiraaan, maka yang dia saksikan dengan mata hatinya hanyalah 'wajah kesempurnanNya yang teramat cemerlang'.
Nasihat Oleh Kiyai Dhiyauddin
Tiada ulasan:
Catat Ulasan